Text
ILMU TAJWID Pegangan Para Pengajar Al-Qur'an dan Aktifis Dakwah
Penulis Achmad Toha Husein Al-Mujahid, Penerbit Darus Sunnah
Geliat membumikan Al-Qur’an di bumi persada kian tampak dengan lahirnya sekolah Tahfidzul Qur’an, baik yang masih berafiliasi dengan sekolah Negeri atau pun Swasta. Dan banyaknya para penuntut ilmu yang haus akan ilmu, mulai mencari referensi yang tepat guna. Tepat untuk dijadikan panduan!
Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, yakni secara tartil dan sesuai dengan tajwid hukumnya wajib bagi setiap muslim. Bahkan, seorang yang membaca Al-Qur’an dengan tanpa tajwid maka ia berdosa, karena Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’ an dengan tartil dan tajwid, dan kita diwajibkan untuk membacanya sebagaimana Al-Qur’an itu diturunkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
“Dan Kami membacakannya secara tartil (berturut-turut dan benar).” (Surat Al-Furqan: 32)
Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari kaidah serta cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan huruf dan lafaz yang ada dalam Al-Qur’an secara tepat, serta menghindari kesalahan, sehingga lafaz dan maknanya terpelihara. Mempelajari tajwid hukumnya fardhu kifayah. Namun, membaca Al-Qur’an dengan menerapkan aturan dan kaidah tajwid hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim.
Banyak ulama Qurra’ (Ahli Al-Qur’an), dari kalangan Muhajirin maupun kalangan Anshar. Begitu juga dari generasi tabi’in, tabi’it tabi’in dan para ulama setelah mereka, yang mempunyai perhatian istimewa terhadap Al-Qur’an. Mereka mencurahkan segenap potensi yang mereka miliki untuk berkhidmah kepada Al-Qur’an. Mereka mengimani, mempelajari, mendengarkan, membaca, memahami, mengamalkan, menghafalkan, meriwayatkan, mendakwahkan serta menyebarkan Al-Qur’an kepada kaum muslimin. Lalu penulis menyebutkannya (namanya satu persatu) pada halaman 9-11.
MENGENAL QURRA’ SAB’AH
Siapa sajakah mereka? Pertama, Imam Abdullah bin Amir Al-Yahsibi (ulama dari negeri Syam). Kedua, Imam Abdullah bin Katsir Al-Makky Ad-Dari (ulama dari kota Mekkah). Ketiga, Imam Ashim bin Abi Najud Bahladah Adh-Dharir Al-Kufi (ulama Kota Kufah). Keempat, Imam Abu Amr Zabban bin Al-Ala’ Ammar At-Tamimi Al-Bashri (ulama dari Bashrah). Kelima, Imam Hamzah bin Hubaib Al-Kufi (Imam ari kota Kufah). Keenam, Imam Nafi’ bin Abdurrahman bin Abi Nu’aim (ulama kota Madinah). Dan terakhir, Imam Al-Kisa’i atau Abul Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz Al-Kufi (dari Kufah dan beliau termasuk pakar ilmu Sintaksis atau Nahwu).
P001104B | 297.122404 ACH i | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain