Text
MEMAHAMI KALIMAT SYAHADAT Menurut Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah
Perkara mendasar yang paling urgen untuk diketahui oleh setiap muslim adalah hal ini. Dan dahulu para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam bersitegang dengan kaumnya gara-gara ini pula. Bukan harta, tahta, atau wanita yang mereka kejar melainkan tegaknya kalimat tauhid di belahan bumi manapun. Ingatkah Anda, apa yang diserukan Nabi Nuh ‘alaihissalam? Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (Kiamat).” (Surat al-A’raf: 59)
Dan dakwah Nabi dan Rasul itu sama yakni mendakwahkan tauhid, sebagaimana firman-Nya,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (Surat an-Nahl: 36)
Dan penulis mengawali risalahnya dengan uraian ringkas seputar Syarah Hadits Rukun Islam. Masihkah Anda ingat haditsnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan pada bab-bab setelahnya, penulis membahas makna syahadatain (Syahadat Laa ilaaha illallah dan Syahadat Muhammad Rasulullah) berikut syarat dan konsekuensi dari pengucapnya. Pada bab ketujuh penulis mulai menyinggung lawan dari tauhid yakni kesyirikan. Dijelaskan secara mendetail apa itu syirik, macam-macamnya, dan akibat yang diterima pelaku syirik. Di akhir risalah, al-Ustadz Abu Fat-hi menyempurnakan faidahnya dengan membawakan pembatal-pembatal keislaman, yang mana bisa dijadikan self reminder (pengingat) bagi seluruh kaum muslimin, agar tidak terjatuh ke dalamnya.
Penulis berpesan, “Islam sebagai agama tauhid adalah cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi umat. Maksudnya, berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umat. Bahkan dengan agama tauhid ini, umat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentosa.”
P000923B | 297.2 YAZ m | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain