Text
ULID Sebuah Novel
"Yang sangat khas dari ketiganya (Pram, Kunto, dan Mahfud) adalah keteguhan tokoh-tokoh utama mereka dalam memegang keyakinannya. Dalam diri Minke kita menemukan manusia yang tak pernah berhenti melawan tirani kolonial yang membelenggu bangsanya, pada diri Mantri Pasar kita menemukan keteguhannya pada nilai-nilai hidup adiluhung Jawa sebagaimana yang diuraikan Ronggowarsito, dan keteguhan hati Ulid bahwa bengkuang Lerok masih tetap yang terbaik dan suatu hari nanti akan tumbuh entah di tanah mana dan milik siapa. Pergulatan jiwa semacam inilah yang membuat karya para penulis ini berbeda dengan kebanyakan penulis sezaman mereka." -Dwi Cipta, Sastrawan/Kritikus "Prinsip klasik dan romantis seperti 'mangan ora mangan kumpul. terkadang memang perlu dipertanyakan kembali: benarkah para petani di pedesaan pernah menganut prinsip ini? Melalui Ulid. Mahfud rasanya seperti sedang menegaskan: jangan-jangan pandangan itu hanyalah konstruksi sosial kalangan elite. termasuk kolonial, demi menghindari kompetisi pasar yang terbuka. Yang jelas ia menunjukkan kepada kita, bahwa orang-orang Lerok, sebagaimana orang-orang desa di mana pun, tidak pernah tergoda dengan pandangan romantik seperti itu. Mereka tidak segan untuk meninggalkan desa dan lahan-lahan pertanian sempitnya. yang dari waktu ke waktu semakin tidak kompetitif di hadapan ekonomi pasar." -Hery Santoso, Antropolog
P000050B | 813 MAH u | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain