Text
MENGHIDUPKAN 'RUH' PUISI
Dalam bukunya ini, penulis mencoba membahas perpuisian mulai dari istilah, definisi, jenis, analisis, revisi, hingga pada petunjuk penulisan puisi. Isi buku didasarkan pada pengalaman penulis dalam membaca dan memahami puisi orang lain, juga berisi pengalamannya sendiri dalam prosesnya berpuisi. Peribahasa “pengalaman adalah guru terbaik” agaknya menjadi pijakan Doddi kala menulis buku ini.
Lantas, mengapa ‘menghidupkan ruh puisi’? Apa puisi mempunyai ruh yang perlu dihidupkan? Pada pembahasannya, Doddi menganalogikan jiwa/ruh dan raga manusia dengan jiwa/ruh dan raga puisi. Jiwa puisilah yang dianggap penting dalam sebuah puisi, karena itu yang membuatnya hidup. Jiwa itu salah satunya adalah amanat yang hendak disampaikan penyair kepada pembaca.
Ditulis menggunakan gaya bercerita dengan bahasa sederhana. Hal itu membuat paparan dalam buku ini mudah dipahami. Penjelasannya tidak banyak yang bersifat teoretis—bahkan beberapa pengertian istilah dituliskannya dengan, “sebenarnya persoalan ini tidak terlalu penting…”, sehingga langsung terjun pada inti pembahasan.
Beberapa gagasan ada yang diulang di bagian tertentu, sebagai penegasan. Hal itu membuat kita jadi serasa diingatkan kembali akan poin-poin pentingnya. Selain itu, buku ini menyertakan pula banyak contoh puisi dilengkapi pendapat pribadi penulis terhadap karya-karya puisi yang dijadikan contoh.
Buku ‘Menghidupkan Ruh Puisi’ amat menarik secara isi, tampilannya pun sederhana. Hanya saja, ketika membaca, fokus saya berulang kali teralih kepada terlalu banyaknya penggunaan tanda baca koma di beberapa bagian.
Berpuisi bisa dilakukan siapa saja. Bagi mahasiswa bahasa dan sastra, buku ini sangat bisa dijadikan salah satu referensi, acuan, atau pegangan yang tepat jika kita hendak berpuisi. Buku ini juga dapat meningkatkan kualitas puisi kita.
P002295B | 811 DOD m | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain