Text
AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
Novel ini mengisahkan tentang seorang ayah yang memiliki pengalaman dan perjalanan yang sangat luar biasa pada masa mudanya. Namun, anaknya yang bernama Dam menganggapnya terlalu luar biasa bahkan mustahil. Cerita yang ia bagikan kepada anaknya tentang perjalanan tersebut tidak bisa ditemukan sumbernya. Internet, buku-buku di perpustakaan umum, dan pengetahuan orang lain pun tidak bisa melacak lokasi atau kejadian selama perjalanan.
Berbagai kisah luar biasa telah diceritakan kepada Dam oleh ayahnya. Mulai dari adanya suku Penguasa Angin, apel emas dari Lembah Bukhara, si Raja Tidur yang menjadi hakim sangat adil, dan danau para sufi. Ayahnya Dam juga bercerita kalau dahulu dia berteman akrab dengan si Nomor Sepuluh dan Sang Kapten, dua pemain sepakbola hebat di Eropa. Cerita-cerita itu pada awalnya dipercayai oleh Dam. Namun, ketika Dam semakin bertambah usianya, ia menganggap cerita itu bohong. Dam meragukan kebenaran cerita-cerita ayahnya.
Dam merupakan tokoh utama dalam novel ini. Ketika berusia delapan, dia turut berkontribusi dalam pemerolehan juara klub renang kota pada kejuaraan nasional. Cabang yang dimenangi klubnya adalah renang estafet 4 x 100 meter gaya bebas. Ketika berusia lima belas tahun, dia disekolahkan di Akademi Gajah. Ya, Akademi Gajah, sebuah sekolah yang namanya tidak dikenal orang. Akan tetapi, Dam justru menemukan buku unik di perpustakaan sekolah tersebut. Buku itu sangatlah usang, tetapi isinya sesuai dengan cerita-cerita ayahnya, membuat Dam semakin penasaran tentang kebenaran kisah bernuansa dongeng itu. Pada tahun terakhir menempuh pendidikan di Akademi Gajah, ibunya meninggal karena sakit. Setelah lulus, Dam melanjutkan kuliah. Jurusan yang dipilihnya adalah arsitektur. Dia terlambat mendaftar dan tidak mengikuti tes masuk. Ajaibnya, dia dibolehkan berkuliah di universitas itu dengan hanya menunjukkan ‘surat sakti’ dari Akademi Gajah.
Ketika Dam dewasa, dia menikah dengan Taani, temannya semasa SD. Mereka memiliki anak yang bernama Zas dan Qon. Ayahnya Dam juga menceritakan cerita-cerita sangat luar biasa itu ke dua cucunya. Sama dengan Dam, awalnya Zas dan Qon percaya. Namun, pada akhirnya mereka juga mulai meragukan kebenaran dan kelogisan cerita itu. Logikanya sederhana, tetapi rasional. Andai cerita-cerita itu nyata, tentu media akan meliputnya dan internet memiliki datanya. Namun, tidak pernah ada hal itu di media massa. Hasilnya nihil pula dalam pencarian di internet. Hal yang menjadi catatan penting adalah ayahnya Dam merupakan pegawai yang dikenal jujur dan sederhana oleh seluruh kota.
Pada akhir novel ini dikisahkan bahwa ayahnya Dam meninggal dunia. Pemakamannya dihadiri oleh walikota, teman-teman sekolah Dam, teman-teman klub renang, kerabat, dan sahabat-sahabat Ayahnya Dam. Ketika proses pemakaman, terjadi dua peristiwa unik dan mengejutkan. Pertama, ada sembilan formasi layang-layang besar di langit milik suku Penguasa Angin. Kedua, si Nomor Sepuluh dan Sang Kapten datang pada acara pemakaman. Mereka jauh-jauh dari negaranya datang untuk melayat sahabat masa kecilnya, ayahnya Dam. Pagi itu juga Dam menyadari, ayahnya bukan pembohong.
P002064B | 813 TER a | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain