Text
BATAVIA KOTA BANJIR
Bajir tak pernah jemu menggenangi ibukota dan ini terjadi sudah sejak lama. Banjir selalu memusingkan para Walikota dan Gubernur untuk mengendalikannya. Sejak Walikota Suwiryo sanpai Sudiro, Gubernur Dr Sumarno sampai Sutiyoso.
Para Gubernur Jenderal Belanda, sejak JP Coen sampai AWL Tjarda Van Starkenborgh Stachoewer, juga gagal mengatasi banjir di Jakarta (d/h Batavia). Ada 66 Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang Berkuasa di Batavia. Tapi, tidak ada yang pernah merasa bersalah atas terjadinya banjir di kota ini.
Seorang penulis Amerika Serikat yang selama beberapa tahun menjadi Staf Kantor Penerangan AS (USIS) di Jakarta, ketika menulis tentang kota ini menyalahkan pendiri Batavia JP Coen karena mendirikan kota di atas rawa-rawa. Kalau saja Coen bijaksana dan memilih tempat yang lebih tinggi, setidaknya bencana banjir dapat dikurangi, dan tidak memusingkan para penggantinya.
Banjir paling besar di Jakarta terjadi pada tahun 1872, sehingga Sluisburg (Pintu Air) di depan Masjid Istiqlal sekarang ini jebol. Kita tidak tahu bagaimana banjir besar 135 tahun lalu itu dibandingkan dengan banjir sekarang. Yang pasti ketika itu Ciliwung meluap dan merendam pertokoan serta hotel di Jl. Gajah Madah, Hayam Wuruk.
Buku ini berisi kisah-kisah "Jakarta Tempo Doeloe" dan ini adalah buku ke-lima Alwi Shahab yang diterbitkan oleh Penerbit Republika, setelah "Robin Hood Betawi", "Queen of The East", "Saudagar Bagdad dari Betawi", dan "Maria Van Engels".
P001593B | 808.84 ALW b | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain