Text
DARI CENDANA KE REFORMASI
S enantiasa mengedepankan "otot", itulah panorama sistem politik yang diberlakukan pemerintahan Orde Baru. Sa ngat represif. Represivitasnya terus dikumandangkan demi mencapai target pembangunan fisik. Ekonomi menjadi pang. lima. Sebaliknya, politik dan bidang-bidang lain yang dinilai menghambat obsesi pembangunannya dimarginalkan, bahkan dipasung dengan penuh kekuatan secara militeristik. Itulah in jakan sepatu "laras" atau "bedil" yang terus membuntuti rakyat jika berani berbeda dengan sang rezim. Dan memang banyak korban (terbunuh sia-sia, terpenjara tanpa proses hukum yang pasti, bahkan diamputasi hak-hak ekonominya secara sistima tis) hanya karena berbeda alam pikir. sikap politik atau tidak sejalan dengan kepentingan penguasa Orde Baru.
Meski seperti itu ragam kekuasaannya, AM Saefuddin tetap bersikap: terpanggil untuk menyuarakan perubahan, melalui se jumlah tulisan kritisnya di berbagai media, ataupun di parlemen (anggota DPR RI). Seorang AM-panggilan akrabnya-memang sering dicari oleh sejumlah intel. Tapi, karena warna gerakan nya tidak konfrontatif, ia selamat dari kejaran sang rezim. Se mua itu tak lepas dari perlindungan-Nya.
Rezim Orde Baru berakhir seiring dengan lengsernya Cen dana. Kelengserannya membawa perubahan yang sungguh ber arti, tapi hanya sesaat, terutama dari sisi stabilitas ekonomi dan penghargaannya terhadap hak-hak politik anak-bangsa. Paradigma dan model politik baru yang dikonstruksi Habibie ini justru dijadikan peluang untuk mengekspresikan libido kekun saannya bagi sejumlah pihak. Terjadilah eforia di sana-sini, se hingga yang terus menampak adalah gerakan mumpungisme (carpedium) untuk memenuhi kepentingan sempit dirinya dan atau kelompoknya.
P001367B | 959.8037 | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain