Text
BUNG HATTA DI MATA TIGA PUTRINYA
Bung Hatta bagaikan lentera keluarga bagi tiga putrinya. Penuntun, pembimbing, pelindung, sekaligus pendidik karakter yang tumbuh hingga saat ini. Bung Hatta yang ditulis sebagaimana adanya. Ada cerita lucu, gembira, bahkan cerita sedih.
“Beliau senang kalau saya berpakaian rapi dengan warna-warna yang menurut istilah sekarang, kinclong, sesuai pilihan Ibu. Namun, Ayah tidak pernah memuji saya dengan kata-kata berbunga…. Namun, kalau saya menunjukkan gambar yang saya buat dengan pensil berwarna, Ayah segera memuji saya. Ketika saya remaja, saya baru sadar bahwa pujian itu dimaksudkan Ayah agar saya terus mengembangkan kemampuan saya untuk menjadi lebih baik lagi.” (Meutia Farida Hatta)
“Pada tahun 1971, Ayah, Ibu, disertai Halida pergi berobat ke Negeri Belanda. Sekembali dari sana, Ayah memerintahkan Pak Wangsa Widjaja mengembalikan kelebihan dana sisa perjalanan yang diperolehnya itu ke negara melalui Sekretariat Negara…. Tidak terlintas di pikiran Ayah sedikit pun untuk menggunakan sisa uang untuk dirinya sendiri atau keluarganya.” (Gemala Rabi’ah Hatta)
“Dalam kesederhanaan hidup Ayah sebagai eks Wakil Presiden, Ayah tetap memakai standar internasional. Contohnya, untuk kegiatan korespondensi atau surat menyurat. Kertas surat dipesan selalu dari G. Lalo di Paris dengan cetakan nama Ayah: Mohammad Hatta di sisi kiri atas. Ini adalah sebuah prinsip bahwa seorang yang mempunyai status tertentu di dalam masyarakat, ia harus mengerti menjaga martabatnya… Di sisi lain, itu adalah untuk juga memberikan rasa hormat atau menghargai orang yang diberi surat….” (Halida Nuriah Hatta)
P000122B | 923.1 MEU b | Perpustakaan SMA FG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain